My Sponsor

Selasa, 12 Januari 2010

Tokoh Superhero Indonesia, Gundala

. Selasa, 12 Januari 2010


Mungkin waktu kecil dulu ada yang pernah baca komiknya. Soalnya dulu tahun 70-80 an kalo gak salah lagi demamnya komik di Indonesia (saya lahiran tahun 70 akhir jadi yang saya tahu tahun 80 an nya aja). Ini ada berita menarik soal tokoh superhero lokal asli Indonesia, begini ceritanya....

VIVAnews –
Gundala adalah sosok pahlawan putra petir yang diciptakan melalui tangan dingin seorang penggemar komik bernama Harya Suraminata, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Hasmi.

Atas dasar kecintaannya pada komik, Hasmi akhirnya berimajinasi dengan menciptakan sebuah tokoh pahlawan Gundala yang diambil dari bahasa Jawa ‘Gundolo’ yang artinya petir. Sebelum menciptakan Gundala, komik ciptaan Hasmi pertama kali adalah komik silat. Baru setelahnya ia diminta untuk membuat komik seorang tokoh pahlawan

“Waktu itu datang seorang penerbit yang memesan tokoh komik, saya disuruh bikin tokoh Tarzan atau Hercules, lalu saya buat Maza ‘Si Penakluk’, sedangkan teman saya Wid NS disuruh membuat Tokoh Air. Setelah terbit beberapa penerbitan, saya dan Wid NS menawarkan bagaimana kalo saya membuat superhero diluar pesanan, artinya sesuai dengan kemauan saya sendiri. Lalu saya membuat Gundala dan Wid NS membuat Godam.

Hasmi kemudian membuat dua peran yang berbeda yang diwakili oleh tokoh Gundala, yakni Sancoko dan Gundala itu sendiri. “Ketika menjadi manusia biasa, dia akan berubah menjadi Sancoko yang dating dari latar belakang apapun. Sancoko punya obsesi menyelamatkan orang dari petir yang membuat serum anti petir, meskipun gagal, tapi konon cerita Dewa Petir mengambil Sancoko sebagai anak angkatnya,” ujar Hasmi yang ditemui VIVAnews di JHCC, belum lama ini.

Konon, Sancoko merupakan refleksi nyata dari sosok pribadi Hasmi yang sebenarnya. “Sedikit banyak pengalaman hidup pasti ada,” ujar Hasmi. Sancoko digambarkan memiliki sifat kikuk jika bertemu perempuan, berbeda dengan tokoh Gundala yang sigap hasil inspirasi Hasmi dari action figure Flash. “Kalo karakter Sancoko saya bikin begitu saja, mungkin ada sedikit kesamaan dengan pribadi saya, karena saya memang agak pecundang dengan cewek. Sampai kuliah pun, saya nggak dapet cewek bahkan saya baru menikah umur 53 tahun,” imbuh Hasmi.

Kiprah Gundala yang sudah berjaya selama 5 windu, diakui Hasmi masih memegang peranan penting sebagai tokoh pahlawan lokal yang digandrungi para penggemar komik. “Kalo dari sisi popularitas, ternyata Gundala masih populer. Banyak orang yang secara ekstrem meng-klaim bahwa superhero di Indonesia hanya Gundala, yang lainnya cuma temennya aja, itu menurut Rizal Mantovani,” tandas pria 63 tahun ini.

Dengan begitu, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Hasmi merasa bangga karena visinya untuk membuat seorang tokoh pahlawan Indonesia versi komik telah berhasil populer. “Saya tidak pernah punya pesan-pesan dan misi tertentu. Kalo visi, saya hanya ingin di negeri ini ada superhero, walaupun agak saya paksakan, karena superhero yang muncul di jaman itu hanya mengacu pada superhero luar,” tambah Hasmi.

Meski Gundala adalah seorang action figure terkenal, secara fisik, Hasmi menggambarkan sosok pahlawan buatannya itu seperti pria Asia dengan tinggi badan kurang dari 180 cm, tidak terlalu tampan karena Gundala dikenal sering ditolak wanita, tapi juga tidak terlalu jelek. “Gundala itu salah satu kriteria pria macho yang tidak digilai wanita,” ucap Hasmi.

Jika harus dipopulerkan kembali, Hasmi memiliki angan-angan untuk membuat kisah Gundala dalam sebuah buku atau film, namun dalam runutan kisah yang menggabungkan antara Gundala klasik dan Gunadala masa kini.

“Nah sebelum ada Gundala modern, harus muncul,Gundala yang klasiknya dulu, tapi lewat sebuah cerita biar bisa sampe ke Gundala yang masa kini. Kalo langsung muncul yang 'masa kini' nanti ada benang yang akan terputus. Agar bisa mewakili setiap generasi,” jelas suami dari Mujiati ini.

Kenyataan bahwa keberadaan komik lokal makin terpuruk dan merosot, menurut Hasmi, tak bisa dihindari mengingat masuknya komik luar ke Indonesia pun makin membanjir. “Kalo kita nggak mampu menandingi, maka akan terpuruk. Karena jenis komik sekarang berbeda-beda, ada komikus muda yang membuat komik bergaya manga, sedangkan batasan komik itu sendiri nggak ada batasan kriterianya seperti apa,” tutur ayah dari Ainun Anggitamukti (10 tahun) dan Bathari Sekar Dewangga (5 tahun) ini.

Hasmi mengharapkan agar peran besar media, para ahli komik dan pengamat komik bisa ikut membantu untuk mengembangkan dan kembali mensosialisasikan keberadaan komik di Indonesia.

“Jika memang semua peduli, mari kita bersama-sama berkumpul untuk menggodok dan mendiskusikan komik Indonesia itu mau seperti apa? Kalo udah ada ketentuan dan kemudian disosialisasikan dan ditawarkan pada komikus tanpa paksaan, kalo mereka mau, para media besar yang bisa menjadi wadah untuk memuatnya, misalnya dua komik saja, saya yakin komik Indonesia bisa lahir kembali,” pungkas Hasmi yang sempat khawatir, tokoh Gundala akan dilupakan oleh para generasi muda sekarang.

Irina Damayanti, Gestina Rachmawati

4 comments:

Anonim mengatakan...

Gundala pahlawanKu.... tumpas rezim beye... hehe...

Sunoto Agung Wibowo mengatakan...

Jadi teringat masa kecil, pengen bisa kayak spiderman,hihi...!!!

Anonim mengatakan...

Bagi pecinta superhero, mungkin Gundala adalah icon superhero Indonesia...

Anonim mengatakan...

baca komik gundala waktu kelas 5 sd thn 1975

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
{nama-blog-anda} is proudly powered by Blogger.com | Template by Agus Ramadhani | o-om.com