DI antara hiruk pikuk restoran dan kafe yang menyajikan hidangan ala Italia berupa pizza dan pasta, Warung Pizza Zull yang berdiri sejak tahun 1989 tetap setia melayani para pelanggannya. Saat ini kondisinya memang tidak seramai saat pertama kali buka di Jalan Wijaya IX, Jakarta Selatan. Namun warung kaki lima tersebut tetap bertahan untuk memuaskan para pelanggannya yang masih setia.
"Memang sih tidak seramai dulu. Apalagi saya perhatikan anak muda zaman sekarang kurang suka nongkrong di luar. Mereka lebih senang berlama-lama di depan komputer, " ujar Zulkifli Lubis (50), pemilik Warung Pizza Zull yang ditemui di Taman Wijaya, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Zulkifli menuturkan, para pelanggan lama kebanyakan kini sudah berkeluarga. Dulu mereka masih sekolah dan suka kongko di seputar taman di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru. Maklumlah di kawasan tersebut ada sekolah PSKD dan SMPN 56 yang kini ada di Jerukpurut, Jakarta Selatan.
Kala itu bisa dibilang unik ketika makanan sekelas pizza, fettucini, spaghetti, makaroni panggang bisa masuk area pedagang kaki lima. Tapi pengunjung tidak bisa memilih isian atau topping-nya, hanya yang ditawarkan di menu saja.
Hidangan dari Itali buatan Zulkifli - yang akrab disapa Bang Zul - dibuat dengan ukuran minimalis atau ukuran personal. Pizzanya hanya berdiameter kurang lebih 15 sentimeter. Topping-nya hanya berupa cacahan daging sapi, daging ayam dan potongan sosis, serta tidak lupa keju. Hanya saja yang dipakai bukan jenis mozarella tapi hanya cheddar.
Satu porsi pizza bisa dipotong menjadi enam bagian atau potongan kecil-kecil. Cukup mengenyangkan untuk dimakan berdua. Tapi kalau sedang kelaparan, satu porsi pizza pasti bisa dihabiskan sendiri. Bang Zul menuturkan bahwa dia sengaja membuat sendiri roti pizzanya, meskipun di pasaran sudah ada yang menjual. Setiap tiga hari sekali, dia membuat dasar roti itu untuk persediaan. Dasar roti tersebut bisa disimpan di dalam kulkas, jadi tidak harus dimasak sekaligus. Begitu juga dengan untuk lasagna, dibuat sendiri oleh Zul, tidak memakai buatan pabrik.
Untuk menu fettucini campurannya terdiri dari jamur, daging asap dan susu. Sedangkan spaghetti diberi saus bolognese (saus daging cincang). Kalau soal rasa memang relatif, kembali ke selera masing-masing. Namun bagi sebagian orang mungkin agak kurang bumbu dan kurang kental.
Selain pizza yang harus dipanggang dalam oven, ada juga makaroni panggang (macaroni schotel) dalam ukuran personal. Untuk menyajikan makanan yang harus dipanggang itu tidak memakan waktu lama, hanya 10 menit. Karena seluruh makanan tersebut sudah disiapkan di rumah sehingga tiba di warung tinggal di panggang secara dadakan saat konsumen memesan. Oven untuk membakarnya pun sederhana, hanya yang menggunakan bahan gas saja.
Warung Pizza ini sangat sederhana, hanya berupa warung tenda dengan dua jajaran meja panjang dan empat kursi panjang dari kayu. Kalau sedang penuh, pengunjung harus berbagi meja panjang dengan orang lain. Alat yang digunakan untuk menyajikan berupa piring styrofoam sebagai alas, dengan sendok dan garpu dari plastik. Sedangkan spaghetti dan fettucini disajikan dalam mangkuk. Adapun untuk makan spaghetti disediakan sumpit, seperti melahap mi ayam. "Kalau penggunaan sumpit itu karena permintaan konsumen. Jadinya kami adakan saja," ujar Zul. Selain makanan Italia, Zul juga menyajikan masakan lokal seperti nasi goreng sosis dan nasi goreng ayam. Semua menu harganya dipatok Rp 15.000 per porsi.
Ingin Mandiri
Keputusan untuk membuka usaha sendiri dilakukan Bang Zul ketika dia sudah punya pengalaman bekerja selama 10 tahun sebagai juru masak di restoran Pizzaria, Hotel Hilton Jakarta (sekarang Hotel Sultan - Red). Setelah itu dia memutuskan untuk membuka warung pizza di kawasan Jalan Wijaya IX, Kebayoran Baru. Pada tahun 1989 di kawasan itu belum banyak pedagang kaki lima yang berjualan pada malam hari. "Waktu itu baru saya sendiri yang membuka warung di sini, belum sebanyak sekarang. Di masa itu kawasan Melawai Raya masih jadi tempat nongkrong favorit anak-anak muda dan tanggapan terhadap warung saya pun cukup ramai," kenang Zul.
Alasan membuka usaha warungan, menurut lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ini, karena dia tidak betah bekerja dengan orang lain. Selalu ingin mandiri.
Selain usaha makanan Italia, Zul juga membuat aneka nasi bungkus dan kue- kue basah untuk dijajakan di kantor-kantor di seputar kawasan Sudirman-Thamrin- Kuningan. Awalnya dia merintis dengan membawa dagangan ke kantor-kantor, menjajakan dari lantai ke lantai.
Setelah berjalan selama 10 tahun, dia tidak lagi menjajakan sendiri. Zul mengerahkan sekitar 10 orang stafnya untuk menjajakan panganan tersebut. Bahkan para tetangga ikut serta membuat makanan dan dititipkan ke staf Zul. "Saya senang saja, ibu-ibu di sekitar rumah jadi kreatif dan mau ikut membuat makanan-makanan ini. Jadi mereka punya penghasilan tambahan," tuturnya.
Warung Pizza Zul
Jalan Wijaya IX, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Buka: 19.00-02.00
Warta Kota Dian Anditya M
1 comments:
Pertamaaa xxxx, asyik juga nih makan pizza dipinggir jln sambil ngopi+ngerokok. trims
Posting Komentar