My Sponsor

Minggu, 18 Oktober 2009

Mengapa Anak Terus Panas-batuk-pilek ?

. Minggu, 18 Oktober 2009

Mengapa Anak Terus Panas-batuk-pilek? (updated)

Wed Sep 11, 2002

Artikel pendek ini menjelaskan bagaimana Anda bisa mengatasi
panas-batuk-pilek anak Anda berkepanjangan, dengan menghilangkan kepercayaan

terhadap antibiotika yang lebih banyak menimbulkan masalah daripada manfaat
dalam mengobati FLU.

Mengapa anak terus panas-batuk-pilek?

Oleh: Prof. Iwan Darmansjah

Seorang bayi seharusnya jarang sakit, karena masih ditopang imunitas
tinggi sewaktu dikandung atau menyusu ibunya. Penyakit sehari-hari
seperti flu (yang ditandai panas-batuk-pilek), penyakit virus lain, atau
bahkan infeksi kuman dapat ditolaknya. Sejak lama fakta ini telah disadari.
Coba saja, bila bayi Anda tinggal serumah dengan seorang penderita
campak, maka biasanya ia tidak akan gampang tertular.

Namun nyatanya, banyak anak dan bayi menjadi pelanggan dokter setiap 2
- 3 minggu karena penyakit yang sama: bolak-balik demam, batuk, dan
pilek. Tentu banyak orang tua bosan. Mereka menggugat, "Mengapa ini harus
terjadi, sedangkan semua kebutuhan anak saya telah dicukupi?"

Pencetus penyakit pada anak memang sulit ditentukan, karena dapat
bermacam-macam, misalnya lingkungan kurang sehat, polusi tinggi, dan ada
perokok di rumah. Penggunaan penyejuk udara (AC) di malam hari bisa
menimbulkan alergi suhu dingin, sehingga hidung anak mampet, sehingga ia
bernafas lewat mulut. Kipas angin dipasang di kamar tidur yang lalu meniup
debu ke segala penjuru kamar. Belum lagi penularan virus di sekolah dan
tempat ramai seperti mal. Juga perawat yang sedang batuk - pilek. Tak
langka pula kejadian sakit gara-gara anak mengonsumsi makanan ringan
tidak sehat yang membuat tenggorokan menggelitik.

Batuk - pilek beserta demam yang terjadi sekali-kali dalam 6 - 12 bulan
sebenarnya masih dinilai wajar. Tetapi observasi menunjukkan bahwa
kunjungan ke dokter bisa terjadi setiap 2 - 3 minggu selama bertahun-tahun.
Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan dalam
penanganannya.
Pertama, pengobatan yang diberikan selalu mengandung antibiotik.
Padahal 95% serangan batuk-pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh
virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Selain mubazir, pemberian
antibiotik kadang-kadang justru menimbulkan efek sampingan berbahaya.
Kalau dikatakan akan mempercepat penyembuhan pun tidak, karena penyakit
virus memang bakal sembuh dalam beberapa hari, dengan atau tanpa
antibiotik. Hal ini telah dibuktikan dengan studi terkontrol (membandingkan
dengan plasebo, alias obat bohong) berulang kali sejak ditemukannya
antibiotik di tahun 1950 - 1960-an. Hasilnya selalu sama sehingga tidak
perlu diragukan lagi kebenarannya.

Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang
berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang
tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya tahannya
menurun. Akibatnya anak jatuh sakit setiap 2 - 3 minggu dan perlu berobat
lagi. Orang tuanya lalu langsung membeli antibiotik di apotik atau pasar
hanya karena setiap kali ke dokter mereka diberi obat tersebut.

Lingkaran setan ini: sakit >> antibiotik >> imunitas menurun >> sakit
lagi >>, akan membuat si anak diganggu panas-batuk-pilek sepanjang
tahun, selama bertahun-tahun. Komplikasi juga sering akan terjadi, yang
akhirnya membawa anak itu ke kamar perawatan di rumah sakit.

Pengalaman menunjukkan, bila antibiotik dicoret dari resep (sementara
obat batuk-pilek yang adekuat diberikan), setelah 1 - 3 bulan si anak
tidak akan gampang terserang penyakit flu lagi. Pertumbuhan badannya pun
menjadi lebih baik.

Salah kaprah kedua ialah gejala batuk - pilek yang tidak diobati secara
benar; artinya, siasat pengobatan perlu diubah. Ini lantaran obat jadi
yang dijual di apotek tidak selalu dapat mengatasi masalah setiap
penderita. Bahkan sering terjadi, batuk - pilek malah menjadi lebih parah
dan berkepanjangan.

Suatu perubahan dalam resep, yang mendasar dan individual, perlu
dilakukan untuk memutus lingkaran setan panas-batuk-pilek ini. Yang utama
ialah menghentikan antibiotik, tidak memberikan kortikosteroid secara
terus-menerus, menghentikan pemberian obat penekan batuk dan menggantinya
dengan bronkodilator, serta memberikan campuran obat pilek yang baru.
Efedrin dosis kecil - dicampur dengan antihistamin yang efektif -
merupakan obat pilek terbaik. Pseudo-efedrin, fenilpropanolamin, atau
etilefrin yang lebih sering dijumpai dalam obat-jadi, tidak lebih baik dari
efedrin, walaupun lebih mahal. Semua obat lain yang ternyata tidak
terbukti efektif perlu dihentikan.

Terakhir, yang tidak kalah penting, carilah faktor pencetus yang
dicantumkan di awal tulisan ini. Bila ditemukan, hindarilah. Selamat
mencoba.
Semoga anak Anda tidak perlu lagi begitu sering berobat karena flu!

Pencetus baru telah saya temukan diantara beberapa pasien anak.
Ternyata orang tua jaman ini sering entertain anaknya di Mal. Kasus pertama,

anaknya terus sakit, pun bila sebelumnya sangat sehat. Berikut ini
sms-nya berbunyi setelah saya tanyakan "apa yang terjadi sebelumnya?" "Nga
ada tanda lain. Tadi siang jam 2 BAB-nya baik, BAK banyak & kuning tua.
Dari jam 11 jalan2 di mal (Pl. Senayan) sampai jam 4 sore, dia ngekuh
pusing & cape". Saya menjawab bahwa Mal bukan tempat rekreasi yang
sehat; pantesan pulang demam tinggi sampai 2 hari. Dengan hanya parasetamol
akhirnya panas hilang dan terus sembuh. Pasien lain cerita hal yang
sama, anaknya bermain dengan ayahnya (ibu di rumah karena banyak kerjaan),
namun dari jam 10-an sampai jam 9 malam. Berapa banyak orang tua di
kota Jakarta ini berbuat demikian untuk 'mengangin2'-kan anaknya? Sebagian
besar akan berakhir dengan panas, batuk, pilek, berak2, dan muntah
secara akut. Jelas Mal bukan tempat rekreasi yang sehat, karena penuh
dengan
virus dan kuman.

(updated: 10 Feb 2005)

INTISARI Sept 2002, hal 80-81

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
{nama-blog-anda} is proudly powered by Blogger.com | Template by Agus Ramadhani | o-om.com